Monday, June 27, 2011

Kill yourself to set you free



"Bahtai die...to set you free!" said Abbas.

That was one of the final words in "Buddha Collapsed from Shame", a film by a 19 yr old Iranian girl. When Bahtai, a five year old girl was struggling to find a school to learn how to read, she was accidentally dragged into a war game with a group of children who played radical Islamist. Throughout her journey, she was continuously harassed  by the boys (it can really make you feel sorry for her). Towards the end, her friend, Abbas told her that she needed to act dead to end the war game.

I guess its a poetic way to say; kill your 'soul' to be 'free'.

From a point of view, it is a reflection of a sad reality in our homeland, which probably has got nothing to do with the plot of the movie.

Sometimes, I feel some of us had really committed suicide, not literally speaking.

Gone are the manners that have been thought in schools & at home by parents.
Gone are the love for brotherhood that we can easily see in our politically-blind children.
Gone are the rational thinking behind the overwhelming rage & pride.

All gone in the name of freedom.

Kudos to Hana Makhmalbaf for the thought-provoking film.
A special thank you to Nikbakht Noruz for acting as Bahtai.
You reminded me of my youngest sister, Izzah (which moved me even more when I watched the film).


Anyway, here is the full film on youtube. Watch it on youtube & click on the 'Interactive Transcript" button to read the subs.



Thursday, June 16, 2011

TED talks to future architects at Harvard

The Charged Void: Urbanism by Alison & Peter Smithson. Thank you Arif Hussin.


"Don't pursue your passion directly. At least not yet. Instead... pursue the things that will empower you.

Pursue knowledge.

Be relentlessly curious.

Listen, learn.

You're leaving Harvard this week, but your learning cannot ever, ever be allowed to stop."

(Chris Anderson, TED Curator.)


 read his full speech via this link: "A speech to Harvard's architects of the future".

 .........................

 On a totally unrelated note, I've recently stumbled upon this project.



Somehow, it reminds me of our Malay Houses, which has remained in its traditional imagery since forever. I couldn't really find a modern version of it. Maybe the National Mosque is an exception.

This one however, is not a Malay House, not even for Malaysian. Its an affordable housing design by KieranTimberlake for New Orlean's Make It Right project. Looking at the ornamentation of the rails, I'm quite surprised to know that the precedent study for the project are the stilt houses in Bangladesh. I would have thought somewhere in Asia.

Globalisation. Heh.

Saturday, June 11, 2011

Saksikan kembali di pawagam, "Ada Apa dengan Melayu?"

Sesetengah orang kata, sejarah ini ibarat
Pentas bermain wayang
Cerita-cerita lampau dihurai,dipanjang-panjangkan
Bila tamat,diulang..dan diulang...ulang kembali
Itulah sejarah

Kalau begitu, takkanlah mustahil
Untuk giliran Islam pula yang mendatang
Tamadun kita yang lama dahulu yang indah gemilang
Hidup semula, kembali segar bugar terbentang,
Di dunia yang luas



Apa kata kita ulang kembali wayang cerita kita?
Adakah kita punya cerita? Di mana cerita kita bermula?


Soalan retorik.
Straight to the point then.

Tajuk ceritanya, "Ada apa dengan Melayu?" Ok? Tidak ok?
Letaklah tajuk apa sekalipun.
Pada dasarnya, kita akan lihat kembali sejarah Melayu. 

Bukan Melayu yang sekarang.
Bukan juga setakat Melayu zaman merdeka.

Yang dulu-dulu. Bangsa Melayu masa mula-mula dimuliakan dengan Islam. Diangkat jiwanya menjadi hamba Allah. Umat Islam yg menguasai Asia Tenggara.

Trailer-nya? Hmm... mungkin berbunyi begini. Saya ambil snapshot dari 'filem' dibawah.

" ...tergendala pengetahuan kita mengenai sejarah bahasa, kesusasteraan dan kebudayaan Melayu sebab Islam dan kebudayaan Arab-Farsi pada keseluruhannya telah diabaikan oleh mereka dalam pengkajian kebudayaan Melayu, sedangkan kebudayaan Melayu itu sebenarnya termasuk dalam lingkungan kebudayaan Islam."

Selamat 'menonton'!


ps: Ini pula pandangan peribadi.

Apabila bangsa Arab diceritakan perjuangan para nabi terdahulu, dan umat yang mengikuti mereka, contohnya kisah Nabi Ibrahim berjuang sejak kecil menentang sistem taghut, mereka merasa kembali bersemangat sebab di sebalik kisah-kisah tersebut, mereka melihat moyang mereka sendiri berjuang demi agama ini.  Siapa yang tidak merasa bangga menyambung legasi perjuangan keluarga sendiri, lebih-lebih lagi perjuangan itu perjuangan Islam.

Pernah juga berborak dengan seorang brother Turki, kini bekerja sebagai pemandu trak di Melbourne. Sempatlah masuk topik ttg umat Islam di Melbourne. Antara kata-katanya yang saya ingat ialah, "They (tak ingat merujuk kepada Yahudi Zionis atau US) wouldn't allow a single (Muslim) Turk to live on earth because they know if they let it be, they will bring back the khilafah!" Fuh. Kagum. Semangat dan kesedihan dia atas kejatuhan khilafah di bawah pemerintahan bangsanya, bangsa Turki terserlah dalam kata-katanya. Poinnya di sini ialah, rasa hubungkait antara diri dengan umat Islam yang berjuang dahulu. Susur galur perjuangan itu dirasai. Salasilahnya terasa bersambung terus dengan gerabak perjuangan terdahulu.

Dalam halaqah, daurah, atau mana-mana kuliah yang kita (orang Melayu) dengar (ttg perjuangan dakwah Rasulullah dan generasi Islam terdahulu), apa yang kita rasa? Alhamdulillah kita boleh nampak golongan yang terus merasa izzah dengan Islam. Jiwanya terus terbuka dan matanya celik melihat kemunduran umat Islam sekarang. Jiwa-jiwa ini sensitif dan peka dengan Islam. 

Tetapi ramai juga  yang merasakan umat Islam terdahulu itu seolah-olah generasi yang tidak ada hubungannya dengan kita. Macam urban legend. Ya mereka Islam. Tp itulah, sekadar pengetahuan yang umat Islam dahulu hebat. Mereka itu sahabat. Lain. Mereka ini, mereka itu. Mungkin satu juzuk tarbiyyah yang lompong dalam pentarbiyyahan bangsa Melayu ialah sejarah bangsanya sendiri. Ini bukan soal chauvinisma. Jauh sekali, kerana pengkajian kepada sejarah bangsa ini akhirnya bukan membawa kepada fakta kemuliaan bangsa kita mengatasi bangsa lain, tetapi akan kembali kepada keperibadian & jatidiri bangsa kita yang telah digilap menjadi hebat, dan faktor peng-Islam-an jiwa dan pemikiran kita.

Allahua'lam. 


Wednesday, June 1, 2011

Dunia Hari Ini



Aku melihat dunia hari ini
Orang-orang Islam ibarat digenggam
Belenggu orang-orang kafir
Akhirat mereka luput
Dunia pun tercicir
Budaya jahil tidak di ambil peduli
Melampau-lampau dalam hiburan
Khayalan keterlaluan
Luas... luas terbentang
Teruk... tak tertaksir orang-orang yang karam

Barus, Singkel, Pasai, Ranir, Cordoba, Baghdad, Andalus
Hilang... hilang ditelan zaman
Kita lupa semua jawapan persoalan kehidupan
Yang mahir dihafal
Mampukah kita nak jawab di depan Mungkar dan Nakir nanti?

Sesetengah orang kata, sejarah ini ibarat
Pentas bermain wayang
Cerita-cerita lampau dihurai,dipanjang-panjangkan
Bila tamat,diulang..dan diulang...ulang kembali
Itulah sejarah

Kalau begitu, takkanlah mustahil
Untuk giliran Islam pula yang mendatang
Tamadun kita yang lama dahulu yang indah gemilang
Hidup semula, kembali segar bugar terbentang,
Di dunia yang luas

(Di adaptasi dan di olah dari puisi nukilan Prof. Dr Syed Muhammad al Naquib bin Ali al-Attas

ps: sebuah puisi dari tokoh Melayu tanah air. Indah susunan ayatnya & dalam maknanya. Semoga bersemangat menempuhi musim peperiksaan. Perjuangan masih jauh.